Royas Amri Bestian dkk. Berbisnis Kreatif hingga Mancanegara
Kegemaran Royas Amri Bestian menggambar komik dan ilustrasi sejak kecil ternyata menjadi penanda jalan hidupnya di kemudian hari. Kini, pria kelahiran 1982 itu sukses menjadi pengusaha kreatif bersama tiga mitranya dengan bendera Sign Design Communications (SDC). Berkat dedikasi dan inovasinya di dunia desain dan jasa komunikasi visual, mereka sukses meraih berbagai klien kakap, bahkan dari luar negeri. Salah satu karya komik mereka bahkan sukses merebut penghargaan internasional.
Royas yang mengidolakan tokoh Walt Disney dan Soichiro Honda sejak kecil memang menyukai dunia gambar, khususnya komik. Bahkan, semasa di bangku SMP, ia sudah bisa menjual karyanya untuk sebuah tabloid anak-anak. Pada 2003, ketika masih menjadi mahasiswa Jurusan Desain Grafis Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Royas bersama dua saudara kandungnya, Riga Azhar Firdauzi dan Ogi Urfil R.A., serta Ahmad Arif Budiono (Budi) yang tak lain adalah tetangganya, berkumpul untuk membuat karya komik dan desain dengan ide-ide yang kreatif. Mereka lalu sepakat membuat usaha dengan modal keterampilan itu. Mereka juga membuat kaus bergambar karikatur khas tanah leluhur mereka, Madura, bermerek Alapola.
Royas masih ingat, kala itu mereka sudah menyasar pasar korporat. Klien pertama yang digarapnya adalah Astra Otoparts (AO) untuk pembuatan company profile-nya. Walau statusnya saat itu sebagai subkontraktor dari perusahaan yang ditunjuk AO, hal itu tetap tidak memupus kebanggaannya. Dari situ, pintu peluang baru terbuka lebar. Bermodal portofolio awal, mereka mengajukan proposal ke PT Toyota-Astra Motor (TAM). Gayung bersambut. Sesama anak usaha Astra International itu tertarik penawaran Royas dkk. “Mereka minta dibuatkan buku panduan pelatihan penjualan internal. Tetapi, desainnya pakai foto bukan komik. Jadi, kami buat fotografi dan hasilnya mereka suka,” ujar Budi, Account Director SDC yang turut diwawancara bersama Royas di rumah merangkap kantor mereka di Kompleks Raya Housing, Pondok Gede, Bekasi.
Klien barunya itu juga terpuaskan oleh kreasi mereka. Sejak itu, bisnis mereka menggelinding cepat berdasarkan rekomendasi dari mulut ke mulut. “Kami mulanya hanya mengandalkan strategi WOM (word of mouth). Contohnya, orang Toyota-Astra itu ada yang pindah ke Bajaj, maka kami direkomendasikan di sana. Dari Bajaj, mereka ternyata puas dengan hasil kerja kami, mereka kemudian merekomendasikan ke perusahaan rekanannya yang lain. Begitu seterusnya,” tutur Royas yang kini menjabat sebagai direktur.
Dengan membesarnya order, Royas dkk. makin serius membesarkan bisnis. Pada 2005, Royas yang baru merampungkan kuliahnya membentuk SDC yang bergerak di bisnis jasa desain dan komunikasi visual. Dia ingat betul perjuangan merintis SDC. Lantaran tidak punya uang untuk menggaji pegawai, semua tugas dari kecil hingga besar dikerjakan sendiri. Termasuk, mendesain produk, mengajukan penawaran, sampai mengemas dan mengantarkan barang pesanan.
Untuk bisa bersaing dengan berbagai penyedia jasa serupa, SDC nekat memasang kredo ‘Besok Selesai’. Jadi, meski terkantuk-kantuk lantaran nyaris tidak tidur semalaman, Royas dkk. terus berjuang memenuhi janjinya untuk membuat berbagai kreasi desain klien mereka dalam tempo semalam, tetapi hasilnya sepadan. Basis klien SDC pun kian banyak.
Selanjutnya, berhubung kian banyak klien yang meminta dibuatkan badan hukum, didirikanlah PT Mazaya Asareng pada 2008 untuk menaungi SDC. Berikutnya, pada 2009, kala mengikuti ajang Wirausaha Muda Mandiri (WMM) yang digelar Bank Mandiri, Royas terinspirasi untuk membenahi sistem bisnisnya. “Setelah ikut program WMM, kami kemudian merekrut tenaga marketing untuk lebih cepat menjemput bola,” tutur Royas yang pada saat yang sama berhenti dari posisinya sebagai creative director di perusahaan lain untuk fokus membesarkan SDC.
Ia semakin agresif mengikuti berbagai pameran. Bahkan, pameran yang sebenarnya tak lazim dihadiri agensi desain pun dihadiri, seperti pameran haji dan umroh. Namun, hasilnya jitu. Setelah mengikuti pameran tersebut, sebuah biro haji dan umroh besar tertarik memesan desain company profile, buku umroh untuk anak, dan produk multimedia lainnya.
Seiring dengan berjalannya waktu, produk yang ditawarkan SDC pun kian bertambah. Dari awalnya hanya jasa desain, produk lain kemudian juga digarap, seperti percetakan, cenderamata, fotografi sampai produksi video. Umumnya, jasa SDC digunakan oleh departemen penjualan dan pemasaran, layanan pelanggan, SDM, sampai departemen keselamatan, kesehatan dan lingkungan hidup. Selain yang disebutkan di atas, yang menjadi klien SDC adalah Pamapersada Nusantara, Kodeco Energy Co., Rhenald Kasali School for Entrepreneurs, Telkom Indonesia, Al Amin Universal, Toyota Manufacturing Indonesia dan L’Oreal. SDC juga sukses menarik perhatian klien dari luar negeri, yakni membuat ilustrasi untuk buku anak-anak yang diterbitkan di Amerika Serikat. Sebuah produk otomotif di Afrika pun pernah menggunakan jasa desainnya.
Meskipun asyik berkreasi untuk kliennya, Royas dkk. tak melupakan akar mereka, yakni sebagai seniman komik. Maka, mereka membuat komik sendiri, yakni Salim & Silmy. Komik yang bertema edukasi agama ini bisa diunduh dengan tablet dan ponsel pintar berbasis sistem operasi Apple. “Anak-anak bisa belajar doa, shalat, membaca Al Quran melalui kedua karakter komik tersebut. Atau, mereka bisa ikuti petualangannya,” ujar Budi seraya menyebutkan, jumlah unduhannya sudah mencapai 10 ribu. Produk komik ini sukses memboyong kategori Special Jury Award di ajang ASEAN Character Award. Ajang penganugerahannya dilakukan bersamaan dengan eventTokyo Game Show 2014 di Jepang, September silam.
Royas dkk. memiliki ambisi terpendam terkait Salim & Silmy. “Saya punya cita-cita besar, membangun karakter Salim & Silmy jadi tokoh kartun besar seperti Walt Disney membesarkan Donald Duck atau Mickey Mouse, dkk. Jadi, khusus untuk ini, kami buatkan satu divisi khusus untuk men-develop-nya,” kata Royas yang kini mempekerjakan 12 karyawan, optimistis.
Dindy Nugroho dari Toyota Training Centre mengakui karya SDC sangat memuaskan. Dindy memaparkan, awalnya perusahaannya meminta SDC menggarap buku profil produk sebagai bekal tenaga penjualannya menjual produk baru Toyota-Astra Motor. “Bermula dari situ, kemudian berlanjut ke proyek kedua dan seterusnya. Apa pun yang kami inginkan dari sisi konsep, desain dan ketepatan waktu, mereka mampu memenuhinya,” kata Dindy memuji.
“Yang masih perlu dikembangkan adalah manajemen bisnisnya. Mereka harus bisa lebih profesional lagi untuk mengelola SDM. Kemudian, mereka harus selalu cepat mengikuti tren-tren, terutama dalam dunia desain otomotif. Itu saja,” Dindy menyarankan.(*)
Arie Liliyah dan Eddy Dwinanto Iskandar
Riset: Armiadi Murdiansah
0