to naruto ren keren..

Naruto tamat, heboh deh dunia perkomikan manga.. Hehe.. Meski gw ngikutin yang terbitan elex, bakalan masih lama (tamatnya), tapi liat2 link di fesbuk, endingnya rasa2nya cukup keren & mengharukan.. Rivalitas itu memang menakjubkan yah.. Kalo dalam kasus komik Naruto ini, nggak cuman di komiknya, tapi rivalitas si mangakanya juga patut diteladani.. Ngeliat gambar tributnya Oda sensei yang si Naruto (ketutupan Namy berpakaian pola awan ninja) lagi makan bareng sama si Luffy, berasa banget ini rivalitas yang keren.. Berarti nggak salah deh tuh, dalam sebuah buku referensi teori leadership, untuk bisa memacu diri bisa meraih pencapaian yang lebih, memiliki rival merupakan salah satu hal yang dianjurkan.. Liat aja Edison vs Tesla, Gates vs Jobs, Chinmi vs Sie Fan, Naruto vs Sasuke, dsb.. Hehe..

Kalo gw pikir, dalam sebuah cerita rivalitas itu selalu ada “konflik” yang aneh.. Ada “pertempuran” yang konotasinya cenderung negatif, tapi diluar itu ada hal lain juga yang bisa dimaknakan secara positif.. Maka dari itu “konflik”, dalam pengertian yang sebenarnya, ataupun dalam skenario rivalitas, selalu menarik untuk diikuti, terlebih kalo konflik tersebut dikemas dalam cerita yang bagus.. Inilah yang tak habis2nya digunakan oleh media2 yang bergerak di dalam bidang hiburan..

Dalam teori komunikasi hiburan, ada yang namanya teori Excitation Transfer.. Terminologinya ya gak jauh2 dari excited atau excitement.. Teori ini menjelaskan gimana kita mengasosiasikan pengalaman2 yang didapat dari media, dan kemudian berakibat bisa menghasilkan emosi2 positif.. Secara alami, konflik adalah kondisi yang nggak meng-enakkan (unpleasant experience).. Terus, kok bisa ya, seorang penikmat hiburan mengasosiasikan kondisi / pengalaman tokoh fiktif yang nggak enak kayak gitu menjadi bisa menghasilkan emosi yang positif ??.. Zillmann (2003) lah yang berhasil menjawab hal ini melalui teori Excitation Transfer ..

Dia bilang kurang lebih seperti ini: keasyikan “menjadi saksi” dari suatu konflik memperkuat perasaan lega setelah konflik tersebut selesai / teratasi.. Euh, dia sih nyebutnya dengan kata “relief”.. Relief itu kalo liat definisi kamus terjemahan indonya jadi agak aneh.. Kalo englishnya ada yang mendefinisikan relief itu “a feeling of reassurance and relaxation following release from anxiety or distress..” Dan perasaan / emosi positif tersebut seringkali disalah artikan menjadi sekedar kesenangan umum dalam menikmati sebuah hiburan.. Sebetulnya dalam banyak kasus, proses ini terjadi tanpa kita sadari, atau tanpa banyak melibatkan pikiran sadar / kognitif kita.. Lebih jauhnya, memang orang2 yang bisa demikian “khusyu” di dalam menjalani sebuah bentuk hiburan, sejatinya akan lebih bisa larut & menikmati konten dari hiburan tersebut..

Bagaimanapun, kalo buat gw pribadi, konflik Naruto dan Sasuke merupakan konflik yang apik untuk terus diikuti.. Konflik yang bisa membuat emosi menjadi demikian fluktuatif.. Bagaimana tidak, dari temenan, jadi musuh, terus jadi temenan lagi.. Dan kalo liat menggunakan perspektif teori diatas, akhir dari konfliknya (yang tidak meng-enakkan) memang melegakan, mengharukan, yang notabene merupakan emosi positif.. Mungkin juga, perasaan tersebut akan lebih kuat adanya bagi orang2 yang sangat sangat (x100) suka dengan kedua tokoh ini..

Agak sedih juga sih, komik sarat moral seperti ini sudah berakhir.. Buat gw sejauh ini, selain Kungfu Boy (Chinmi), Naruto itu komik yang bikin gw merenung sekaligus termotivasi.. Gokilnya, di dalam komik Naruto, gw pernah menemukan nilai2 yang persis sama dengan yang ada di dalam bukunya Buya Hamka..!!

Nov, 19, 2014

 

0